13 January 2009

Belajar Untuk Memberi (1)

"Orang yang kaya, bukanlah seseorang yang MEMILIKI banyak, akan tetapi adalah seseorang yang MEMBERI banyak!"





Demikian kata-kata yang pernah saya terima melalui sebuah SMS dari seorang Hamba Tuhan, yang juga merupakan salah satu Pimpinan di kantor saya, Bapak Bambang Hermanto, sekitar akhir Agustus 2008 yang lalu.

Jujur, saya adalah orang yang 'sukar' untuk memberi, apalagi disaat telah memiliki dua orang anak, dimana kebutuhan hidup sangat meningkat tajam. Apalagi saat anak-anak saya sudah mulai memasuki usia sekolah. Seperti yang kita ketahui, biaya sekolah saat ini boleh dibilang sangat mahal dan membutuhkan biaya yang amat besar. Jadi, dalam hal memberi, biasanya saya memberi apabila kondisi keuangan 'lumayan' atau ada 'uang lebih'.

Saya sering mendengar istilah 'Perpuluhan' dalam ajaran gereja. Selama ini, saya tidak terlalu 'menanggapi' akan hal itu, bahkan sering melupakannya. Saya pikir, perpuluhan hanya untuk mereka yang 'berduit' atau orang-orang kaya yang memiliki banyak uang untuk diberikan kepada gereja. Pikiran yang sangat sempit! Tapi, benar, saat itu saya memang kurang paham akan pentingnya perpuluhan untuk gereja.

Saat menerima SMS dari Bapak Bambang, hati saya benar-benar tersentuh sangat dalam. Saya ingat cerita seorang janda miskin yang memberi dari kekurangannya dalam Bait Allah (Markus 12:41-44 / Lukas 21:1-4), Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."

Bukan main! Sudah janda, miskin lagi! Seperti kita ketahui dalam kehidupan kita sehari-hari, seorang janda adalah wanita yang tak bersuami, otomatis dia tidak lagi mendapat penghasilan/uang dari suaminya. Kata miskin, adalah berarti tak memiliki apa-apa/kekurangan. Bagaimana mungkin, seorang janda miskin dapat berpikiran untuk memberikan seluruh nafkahnya untuk Bait Allah? Apakah ia tidak memikirkan akan kebutuhan hidupnya sendiri? Dari hasil renungan saya, Tuhan ingin kita memiliki IMAN yang besar seperti seorang janda miskin ini, yang menyerahkan kehidupannya dalam tangan Tuhan Yang Maha Kuasa! Ia PERCAYA, bahwa Tuhan akan selalu mencukupi kebutuhan hidupnya. Ia PASRAH dan menyerahkan kelangsungan hidupnya hanya pada Tuhan, yang memiliki segalanya.

Saudaraku, beranikah kita berbuat seperti janda miskin ini? Relakah kita memberikan harta yang kita punyai untuk Bapa, Tuhan kita?

Marilah kita sama-sama belajar, untuk memberi kepada Tuhan (Gereja, Hamba Tuhan, orang-orang miskin dan cacat, anak-anak yatim piatu dll) bukan dari berapa SISA uang yang kita miliki, tetapi dari BESARNYA KERELAAN untuk mememberi uang yang kita miliki . Tidak banyak yang Tuhan minta dari kita, hanya 10% dari penghasilan kita! Beranikah kita berkomitmen saat ini?

Ingatlah, saat kita memberi persembahan, Tuhan Yesus akan mengangkat mukaNYA, memandang kita! (Lukas 21:1)

2 comments:

Anonymous said...

that's great sis...salute..salute!! but i want to comment about ur writting ok. in indonesian version aja yach susah klo terus-terusan pake inggris hehe
FIRST : about ur language writting is simple but mudah dimengerti, kata-katanya yang tertuang dalam tulisanmu masih lugas, polos, apa adanya its like me haha
SECOND : I like ur religion touch its so meaningfull apalagi saat kau katakan saat kita memberi persembahan Tuhan akan mengangkat wajahNya its so deep rasanya sudah siap nih jadi evangelis gantiin pak bambang hehe.BENERAN kok AKU SUKA SENTUHAN IMAN-NYA

Anonymous said...

Thank's Sis!
Remember: Matius 6:33
"...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."
Dan Lukas 12:34
"...dimana hartamu berada, disitu juga hatimu berada."
Jadi, kalau harta kita, kita berikan kepada Tuhan, maka hati kita'pun ada padaNYA! Amin.
JBU Sis...