24 February 2009

Tujuh Keajaiban Dunia

Menurut buku "Senyuman Kumpulan 100 Cerita Bijak" bahwa tujuh keajaiban dunia bukanlah Taj Mahal di India, Piramida di Mesir, Tembok Besar China, Menara Pisa di Italia, Kuil Angkor, Candi Borobudur di Indonesia, Menara Eiffel di Prancis. Sebenarnya, tujuh keajaiban dunia ada di dalam diri manusia, bukan dari bangunan-bangunan tersebut.

Di dalam buku yang ditulis oleh Yustinus Sumantri Hp, SJ itu, disebutkan bahwa ada tujuh keajaiban dunia, yakni: 1) Bisa Melihat 2) Bisa Mendengar 3) Bisa Menyentuh 4) Bisa Menyayangi 5) Bisa Merasakan 6) Bisa Tertawa 7) Bisa Mencintai.

Alangklah mudahnya bagi kita untuk melihat pada eksploitasi manusia dan menyebutnya 'keajaiban'. Sementara kita hanya melihat semua yang dikaruniakan Tuhan kepada kita adalah 'biasa'. Semoga dengan tulisan ini, kita makin diingatkan tentang segala hal yang betul-betul ajaib dalam kehidupan kita. Amin

Diambil dari lembar SUARA Gereja Kelsapa, Surabaya, edisi Februari.

16 February 2009

TUHAN-ku Berkuasa

TUHAN hanya kepadaMU
Kudapat s'lalu berharap
KAU tak kan pernah membiarkan
Ku bergumul sendirian...

Didalam kelemahanku
KuasaMU jadi sempurna
KAU tak kan pernah tinggal diam
Untuk memb'ri pertolongan...

Reff:
TUHAN-ku berkuasa
Untuk melakukan
Perkara yang besar
DIA ajaib bagiku

TUHAN-ku berkuasa
Untuk memberikan
Kemenangan besar
Didalam hidupku


Ciptaan dan dinyanykan oleh: Sari Simorangkir

04 February 2009

Bercanda Dengan Tuhan

Kesaksian ini adalah kelanjutan dari kesaksian yang berjudul "Taruhan Bersama Tuhan" yang saya posting kemarin.

Saat misa berlangsung, kekhawatiran saya akan hujan yang tidak kunjung henti, makin bertambah setiap detik yang saya lalui. Apalagi terdengar dengan jelas, suara gemuruh dari atas atap gereja, yang semakin mengkhawatirkan hati saya,"Tuhan, please...jangan hujan terus, tapi kalau Tuhan mau hujan turun terus, biarlah turun, tapi...jangan sampai banjir ya, Tuhan."

Itu doa yang saya ucapkan selama misa berlangsung. Kekhawatiran saya akan hujan deras, hujan yang sangat awet, yang dapat menyebabkan banjir dimana-mana, khususnya di daerah rumah saya dan rumah kakak saya yang ingin saya tuju, banjirnya bisa sampai sepaha orang dewasa. Gemuruh diatas atap gereja semakin menciutkan hati saya, membuat pikiran saya melayang-layang ke arah yang menakutkan! Saya membayangkan saat menjelang malam begini, dingin, basah, dengan rasa lapar di perut, bila banjir...mogok pula!!! Duuuh, harus mendorong motor sampai rumah.... "Sangat menakutkan sekali Tuhan!"bisik saya dalam hati.

"Jangan terlalu khawatir, Theresia,"suaraNYA berbisik di hatiku.

"Duuuh, Tuhan...saya ngeri sekali membayangkan semua ini. Kenapa hujan tidak KAU hentikan saja Tuhan...biar saya tidak sekhawatir ini,"jawab hati saya.

"Tidak percayakah engkau akan pimpinan dan penyertaanKU?"tanya Tuhan.

"Ya Tuhan, saya percaya. Baiklah Tuhan...meskipun nanti banjir dan motor saya mogok, saya mau yakin Tuhan tetap menemani saya yaaa...Tuhan kasih kekuatan, supaya nanti saya kuat mendorong motor saya,"saya memohon, sambil tersenyum-senyum sendiri (moga tidak ada umat yang melihat ya?! he.he.he.)

"Tak perlu khawatir,"jawab Tuhan singkat, sambil tersenyum (demikian yang hatiku rasakan, bahwa saat itu Tuhan tersenyum menjawab permohonanku).

Misa-pun berjalan dalam bimbingan Tuhan. Saat Misa Kudus selesai, saya bergegas memakai jaket dan menggulung celana panjang saya. Masih terdengar dengan jelas suara gemuruh hujan dari atap gereja. "Saya siap Tuhan!"seru saya, seperti mau maju berperang bersama hujan dan banjir, he.he.he.

Saya-pun keluar dari pintu samping gereja (karena kalau hari biasa, pintu depan gereja ditutup). "WHAAAAT?!!!"saya tidak percaya apa yang saya lihat saat itu. Tidak ada hujan, tidak ada banjir besar, yang ada hanya genangan air pertanda baru saja hujan turun. Mengapa begitu??? bukankan dari tadi gemuruh hujan terdengar jelas saat saya di dalam gereja?

Akhirnya saya ingat, ya ampunnn...bukankah diatas atap gereja ada 'exhaust' besar yang berputar-putar itu, yang menyebabkan bunyi gemuruh sepanjang misa tadi. "Ha.ha.ha.ha,"saya tertawa sendiri, menertawakan diri saya sendiri...yang khawatir berlebihan!

"Ya Tuhan, Engkau sungguh luar biasa!"mulut saya langsung memuji DIA."Benar kataMU ya, Tuhan, bahwa tidak ada yang perlu saya khawatirkan!"

Sepanjang jalan, tidak ada hujan yang turun ke bumi. Saya merenungkan apa yang sudah Tuhan perbuat pada saya.

"Theresia, mengertikah apa yang Aku ajarkan hari ini?"tanya Tuhan pada saya.

"KEKHAWATIRAN SEKECIL APAPUN TIDAK LAYAK DIHADAPANKU, JANGAN PERNAH ADA RASA KHAWATIR DALAM KEHIDUPANMU, KARENA AKU LEBIH BERKUASA ATAS SEGALA SESUATU YANG TERJADI DAN YANG AKAN TERJADI,"ajar Tuhan pada saya.

"Maafkan saya ya, Tuhan,"saya mohon ampun padaNYA. "Terima kasih mau mengajari saya dengan hikmatMU."

"Lihatlah kembali kekhawatiranmu tadi,"kata Tuhan dengan tersenyum. "Adakah gunanya kekhawatiranmu yang sangat berlebihan itu?"

"Tidak ada gunanya, Tuhan,"jawab saya dengan malu. "Maafkan saya ya, Tuhan. Kekhawatiran saya tadi sudah terlalu jauh dan keterlaluan."

Terima kasih Tuhan! Engkau sudah beri hikmat yang luar biasa besar bagi pertumbuhan iman anakMU ini. Semoga Anda yang membaca kesaksian saya ini, juga mendapat berkat yang besar dari Allah Bapa kita, Tuhan Yesus Kristus. Amin.


03 February 2009

Taruhan Bersama Tuhan

Kemarin, hampir seharian hujan mengguyur kota Surabaya. Sepulang kerja, saya berencana ke rumah kakak saya di kawasan Perak. Sepanjang jalan yang saya lewati, hujan rata menjatuhkan titik-titik airnya di bumi, membuat badan saya cukup basah, walau sudah tertutup jas hujan.

Saya berniat untuk ibadah sore, karena kemarin adalah hari raya Yesus dipersembahkan di Kenisah, di gereja Kelsapa-Kepanjen, karena searah menuju rumah kakak saya. Walau hujan mengguyur dengan deras, saya tetap berniat kukuh datang ke gereja, walau dalam hati saya ada rasa khawatir akan hujan yang dapat menyebabkan banjir di sepanjang jalan.

Saya-pun menjadi umat yang pertama tiba di gereja, jam menunjukkan pukul 15:12 WIB, masih terlalu awal...pikir saya. Saya lalu sujud dan berdoa di hadapan Sakramen Maha Kudus. Jarang-jarang saya bisa duduk depan seperti ini, karena selama ini kalau saya misa pasti duduk di belakang, karena saya membawa anak-anak saya yang tak jarang rewel kalau di gereja.

Selesai berdoa, saya melihat waktu menunjukkan pukul 15:35, masih 4 orang umat di dalam gereja, termasuk saya. "Tuhan, masa cuma 4 orang yang datang di PestaMu?"keluh saya dalam hati. Saya sempat membayangkan, bagaimana seandainya misa harian juga seramai misa hari Minggu...ah, indahnya! Tapi kenyataannya, sepiiii....

"Tuhan, datangkan umatMu, dari timur, barat, utara dan selatan gereja ini, agar mereka dapat hadir ditempat ini, saat ini,"ucapku dengan lirih sekali.

"Berapa yang kamu minta, Theresia?" ada Suara yang menyapa hati saya saat itu...saya sempat terkejut, dan saya-pun mengarahkan pandangan ke Sakramen Mahakudus.

"Tuhan, paling tidak ada 10 orang umat merayakan PestaMu sore ini,"jawab saya lirih.

"Kamu minta 10 orang?"Tuhan bertanya lagi.

"Ya Tuhan, paling tidak 10 orang, tidak sesepi ini, hanya 4 orang yang ada saat ini,"jawab saya.

"Aku akan memberi 20 orang, bahkan lebih...bagaimana menurutmu Theresia?"tanya Tuhan sekali lagi, seakan mengajak saya 'taruhan'.

"Hah? Lebih dari 20? masa sih Tuhan...kurang 10 menit lagi misa akan dimulai, apa iya lebih dari 20 orang bisa tiba disini?"saya menjawab dengan nada ragu.

"Kau lihat saja, anakKU,"kata Tuhan sambil tersenyum (saya rasakan DIA sedang tersenyum).

Tidak berapa lama, muncul satu persatu umat masuk dalam gereja...2 orang, 4 orang....8 orang, dan 10 orang!!! Wow, permintaan 10 orang sudah dipenuhi Tuhan....Saya mengucap syukur padaNYA, "Terima kasih Tuhan!"

"Masih ada lagi, lihatlah...,"kataNYA.

Tak lama, bermunculan lagi satu demi satu...saya rasanya ingin menangis, 2 orang lagi...6 orang lagi...10 orang dan...20 orang...Ooh, Tuhan!!! Sudah 20 orang KAU tambahkan lagi....saya menangis dalam hati, merasa malu pada diri saya sendiri yang telah meragukanNYA. "Maafkan aku Tuhan!"

Tepat, saat lonceng berbunyi, saya pun menghitung seluruh jumlah umat yang hadir saat itu...30 orang!!!

"Lihatlah, apa yang KU beri padamu?"tanyaNYA. "Anakku, engkau minta 10 saja, kuberi 30 orang umatku untuk datang ke Pesta ini...bagaimana menurutmu?"

"Tuhan mengapa begitu?" Saya bertanya. "Supaya engkau mengerti, akan kasih Allah Bapa kepada umatNYA. Permintaan yang terkecil sekalipun, akan KU dengarkan, dan KU lipat-gandakan, karena kasihKU. Yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah."

"Ampuni saya yang kurang percaya ini ya, Tuhan,"bisik saya dalam doa. Saya lalu bersujud dihadapan Tuhan. Memuliakan namaNYA! Praise YOU Lord!

02 February 2009

Pesta Yesus Dipersembahkan Di Kenisah

Hari ini umat Katolik di dunia merayakan Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah, dimana orangtua Yesus, Yusuf dan Maria, membawa Kanak Yesus ke Bait Allah, menurut Hukum Musa (Imamat 12:1-8).

Yusuf dan Maria, hanya mampu mempersembahkan dua ekor anak burung merpati, persembahan yang paling kecil, untuk ukuran orang yang tidak mampu. Tetapi, mereka tetap setia mentaati Hukum Musa yang berlaku pada waktu itu.

Sebagai orang tua, Yusuf dan Maria memberi teladan kepada kita, bagaimana menjadi orang tua yang taat dan setia kepada Tuhan, dengan mempersembahkan anak sulung kepada Allah. Mereka menyanyadari bahwa mereka bertanggung jawab akan anak yang telah dipercayakan oleh Tuhan kepada mereka.

Bagaimana dengan kita, umat Kristiani menganggapi hal ini?

Saya pernah mendengarkan kesaksian seorang ibu di dalam sebuah persekutuan doa yang saya hadiri beberapa waktu yang lalu. Hidupnya sangat pas-pasan, bahkan sering berkekurangan. Suaminya telah meninggal beberapa tahun yang lalu, sehingga ia sendirian harus menghidupi anak-anaknya, yang masih duduk di bangku sekolah. Ibu ini menceritakan, bahwa sering sekali ia merasa sangat sedih dan menangis, bila suatu saat anak-anaknya meminta dibelikan sesuatu, entah itu baju, sepatu, mainan atau makanan kecil/jajan. Padahal uang yang ada di tangan sang ibu pas-pasan untuk makan mereka pada hari itu saja. Tak jarang ia merasa malu kepada tetangganya, bila anak-anaknya merengek dan menangis bila minta sesuatu yang tidak dapat ia penuhi. Ia sering menghibur anak-anaknya, bahwa bila ia punya uang lebih, pasti ia akan membelikan apa yang mereka inginkan, walaupun sang ibu sendiri tidak tahu kapan waktunya. Tapi ia sungguh berjanji dalam hatinya, dia akan memberikan yang terbaik yang ia miliki untuk anak-anaknya.

Suatu ketika sang ibu ingat kepada Yusuf dan Maria, orang tua Yesus yang hidupnya sangat miskin, sehingga hanya dapat mempersembahkan dua ekor anak burung merpati, persembahan yang paling kecil yang dapat mereka berikan kepada Tuhan, tanpa rasa malu. Ia pun menyesal, mengapa ia harus merasa malu kepada orang-orang disekitarnya/tetangganya bahwa ia tidak dapat memberi lebih kepada anak-anaknya. Dalam kekurangannya, ia-pun meneladani keluarga kudus Nazareth. Walau kini ia belum dapat memberikan seekor domba kepada anak-anaknya, ia harus tetap bersyukur masih dapat memberikan anak burung merpati, walau sangat kecil, tapi ia bangga, ia dapat menghidupi anak-anaknya sampai saat ini, agar anaknya bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada pada mereka!

Semoga kita pun tidak pernah merasa malu dengan keadaan dan kemampuan ekonomi kita. Saat orang-orang di sekitar kita hidup dalam kemewahan dan berkelimpahan, kita tidak perlu merasa iri hati. Bapa di Surga tahu kebutuhan dan keinginan kita, IA tahu batas kemampuan dan ketidakmampuan kita. IA adalah Allah yang adil dan setia.