02 February 2009

Pesta Yesus Dipersembahkan Di Kenisah

Hari ini umat Katolik di dunia merayakan Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah, dimana orangtua Yesus, Yusuf dan Maria, membawa Kanak Yesus ke Bait Allah, menurut Hukum Musa (Imamat 12:1-8).

Yusuf dan Maria, hanya mampu mempersembahkan dua ekor anak burung merpati, persembahan yang paling kecil, untuk ukuran orang yang tidak mampu. Tetapi, mereka tetap setia mentaati Hukum Musa yang berlaku pada waktu itu.

Sebagai orang tua, Yusuf dan Maria memberi teladan kepada kita, bagaimana menjadi orang tua yang taat dan setia kepada Tuhan, dengan mempersembahkan anak sulung kepada Allah. Mereka menyanyadari bahwa mereka bertanggung jawab akan anak yang telah dipercayakan oleh Tuhan kepada mereka.

Bagaimana dengan kita, umat Kristiani menganggapi hal ini?

Saya pernah mendengarkan kesaksian seorang ibu di dalam sebuah persekutuan doa yang saya hadiri beberapa waktu yang lalu. Hidupnya sangat pas-pasan, bahkan sering berkekurangan. Suaminya telah meninggal beberapa tahun yang lalu, sehingga ia sendirian harus menghidupi anak-anaknya, yang masih duduk di bangku sekolah. Ibu ini menceritakan, bahwa sering sekali ia merasa sangat sedih dan menangis, bila suatu saat anak-anaknya meminta dibelikan sesuatu, entah itu baju, sepatu, mainan atau makanan kecil/jajan. Padahal uang yang ada di tangan sang ibu pas-pasan untuk makan mereka pada hari itu saja. Tak jarang ia merasa malu kepada tetangganya, bila anak-anaknya merengek dan menangis bila minta sesuatu yang tidak dapat ia penuhi. Ia sering menghibur anak-anaknya, bahwa bila ia punya uang lebih, pasti ia akan membelikan apa yang mereka inginkan, walaupun sang ibu sendiri tidak tahu kapan waktunya. Tapi ia sungguh berjanji dalam hatinya, dia akan memberikan yang terbaik yang ia miliki untuk anak-anaknya.

Suatu ketika sang ibu ingat kepada Yusuf dan Maria, orang tua Yesus yang hidupnya sangat miskin, sehingga hanya dapat mempersembahkan dua ekor anak burung merpati, persembahan yang paling kecil yang dapat mereka berikan kepada Tuhan, tanpa rasa malu. Ia pun menyesal, mengapa ia harus merasa malu kepada orang-orang disekitarnya/tetangganya bahwa ia tidak dapat memberi lebih kepada anak-anaknya. Dalam kekurangannya, ia-pun meneladani keluarga kudus Nazareth. Walau kini ia belum dapat memberikan seekor domba kepada anak-anaknya, ia harus tetap bersyukur masih dapat memberikan anak burung merpati, walau sangat kecil, tapi ia bangga, ia dapat menghidupi anak-anaknya sampai saat ini, agar anaknya bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada pada mereka!

Semoga kita pun tidak pernah merasa malu dengan keadaan dan kemampuan ekonomi kita. Saat orang-orang di sekitar kita hidup dalam kemewahan dan berkelimpahan, kita tidak perlu merasa iri hati. Bapa di Surga tahu kebutuhan dan keinginan kita, IA tahu batas kemampuan dan ketidakmampuan kita. IA adalah Allah yang adil dan setia.

No comments: