07 November 2016

Detik-Detik Membeku

Entahlah...apa yang kurasa saat ini...
Semua terasa membingungkan dan tak pasti...
Kadang aku merasa sangat bodoh,
Kadang aku juga merasa rendah di matamu...

Tuhan tau kesedihanku...
Aku yakini itu...
Tapi kau, seakan tak pernah mau peduli
Apa yang aku rasakan saat ini

Terkadang aku merasa kau sosok yang dewasa...
Kau penuh dengan pikiran positif dan logika...
Yang membuat mataku terbuka untuk berpikir secara dewasa dan positif...
Tapi hatiku? Serasa sulit ingin mengerti tentang semua itu...

Kau...tak sama seperti dulu
Tak sama seperti saat kita baru jatuh cinta...
Kau yang dulu hangat, kini terasa dingin bagiku...
Segala sesuatunya dingin...
Seperti menunggu detik-detik untuk membeku...

Hatiku hancur...
Terasa sakit amat sangat...
Sampai kapan?


#yang kurasa setahun yang lalu di 2015

3 comments:

Mohd Faizal Bin Md Arifin said...

AKU HARAP KAU BAHAGIA DI DUNIA DAN DI AKHIRAT......

Unknown said...

Mama…

Aku iri ketika pandanganku tertuju pada seorang ibu yang sedang merangkul anaknya dengan penuh kasih. Ada petir yang menyambar relung perasaanku. Ada teriakan menggema yang menembus dinding hatiku. Kapan aku dipeluk bidadari seperti Mama ? Kapan aku dapat kehangatan kasihmu ? Lihat aku, Ma. Aku sangat merindukanmu. Aku terbayang saat Ayah dengan tegasnya tak mengizinkanku bersamamu. Aku tak berdaya melawan permintaan ayah. Aku sayang Ayah. Aku juga cinta Mama. Seandainya sebentuk hati yang kalian genggam tak terpecah begitu saja. Seandainya takdir tak memaksa kalian berjalan ke arah yang salah. Mungkin semua mimpiku akan jadi kenyataan. Mungkin tak ada guratan kerinduan yang terlalu dalam menyakitiku.

Mama…

di setiap do’a dalam sujudku, tak hentinya aku memohon pada Tuhan untuk selalu membuat Mama bahagia. Meskipun kau tak pernah melihatku. Jauh di waktu sebelumnya, aku sering meminta pada Tuhan untuk menyatukan Ayah dan Mama kembali. Tapi aku sadar, mustahil menyatukan kembali dua serpihan hati yang telah terjalani masing-masing dan tumbuh menjadi hati yang baru seutuhnya. Adakah seorang makhluk yang membantuku menangis untuk bisa bertemu Mama ? Adakah perasaan Mama yang merindukan aku begitu dalam ? Aku membeku dalam dinginnya malam tanpa kehangatanmu. Aku berkutik dengan sesal yang terlahir tanpa keutuhan dua orang yang akan aku sebut “orang tua kandung”. Namun sedikitpun aku tak pernah menyesal telah terlahir dari rahim Mama. Aku tak pernah menuntut Mama melihat tangisanku.

Ma…

Meskipun aku tak tumbuh dari tanganmu sendiri. Meskipun aku tersenyum tanpa belaian kasihmu. Mama tetap mamaku. Mama yang telah membuatku terlahir ke bumi ini. Aku rindu Mama. Aku sayang Mama. Aku sangat mencintaimu, Ma. Aku percaya kau juga pasti sangat menyayangiku. Namun mungkin dengan cara Mama yang tak ingin aku ketahui.

Unknown said...

Wow